Lalu Syeikh menjawab,

Yuks, dukung promosi kota/kabupaten Anda di media online ini dengan bikin konten artikel dan cerita seputar sejarah, asal-usul kota, tempat wisata, kuliner tradisional, dan hal menarik lainnya. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

“Panglima, yang pertama, saya tidak memiliki keinginan apapun kepada tuan.”

“Kedua, disaat pertama kali saya dipanggil tuan, saya mematuhinya sebagai rakyat. Ketika tuan menampar dan mengusir saya, saya berpikir, mungkin saya melakukan kesalahan yang saya tidak tahu, sehingga saya harus dihukum, dan saya menerima hukuman itu dengan senang hati.”

“Ketiga, di waktu tuan memanggil saya untuk yg kedua kalinya, sampai yg ke dua puluh kali, serta menampar dan mengusir saya, saya melihat tuan mendapat kebahagian, dengan perbuatan itu. Makanya saya memenuhi dan menerima perbuatan tersebut dengan senang hati, agar tuan tidak kehilangan kebahagian meskipun, dengan cara menampar dan mengusir saya.”

“Keempat, di waktu tuan memanggil saya yang ke dua puluh satu kalinya, saya memenuhi keinginan tuan tersebut. Karena, di waktu tuan memanggil saya dengan cara yg berbeda, saya berpikir, mungkin tuan merasa menyesal, mencari kebahagian dengan cara-cara yang keji. Oleh karenanya saya datang untuk menyatakan kepada tuan.”

“Tidak ada yg salah dari perbuatan tuan, agar tuan tidak larut dalam penyesalan panjang atas perbuatan tuan kepada saya. Semoga tuan selalu bahagia, dan mencari kebahagian dengan cara-cara yang terpuji dan mulia” kata Syeikh sambil berlalu.

Dan panglima langung pingsan mendengar kata-kata Syeikh Mubarak.

Oleh: DR M. Kapitra Ampera SH MH, Ketua Umum Gerakan Guyub Nasional Indonesia (GGNI).