APAKABAR CIAMPEA – Keberadaan sebuah seni dan budaya serta adat istiadat yang berla­ku di tengah masyarakat adalah sebu­ah ciri terhadap nilai peradaban ma­sya­rakat itu sendiri.

Yuks, dukung promosi kota/kabupaten Anda di media online ini dengan bikin konten artikel dan cerita seputar sejarah, asal-usul kota, tempat wisata, kuliner tradisional, dan hal menarik lainnya. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Sebagai Mahluk sosial dan beragama tentu hidup saling ber­dampingan dan saling membutuhkan adalah suatu hal yang tak bisa dielakan. Atas dasar itu Ormas Centong hadir ditengah kemajemukan masyarakat.

“Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah, baik secara Hak dan Kewa­ji­ban atas kehidupan di bumi ini, baik da­lam kehidupan beragama, ber­bang­sa dan bernegara,” terang TB Muhyi Sapar, pembina Ormas Centong saat ditemui di kediamanya, Gang Senyum , Desa Pasirgaok, Rancabungur, Kabupaten Bogor. Sabtu, 29 Mei 2021.

Abah Sapar, begitu sapaan akrabnya, menjelaskan, dalam UUD 1945, Pan­ca­sila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan bernegara dan berbang­sa telah sangat jelas bahwa bahwa ke­merdekaan berkelompok atau berorganisasi bagi masyarakat, sejatinya adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kekuatan dan aset bangsa Indonesia.

“Ada banyak budaya, adat istiadat serta kearifan lokal suatu daerah, yang proses serta keberadaannya, terus menerus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu serta perubahan jaman. Semua itu potensi bangsa yang bisa dimaksimalkan demi kesejahteraan dan kedamaian umat manusia,” paparnya.

Ormas Centong, Lanjutnya, yang dibentuk pada 12 Januari 2019, bertujuan untuk mempertahankan kedaulatan dan menyatukan berbagai perbedaan Suku, Agama, Budaya agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang damai dan harmonis.

“Memang tidak mudah mencapai hal tersebut, makanya dibutuhkan rasa tanggung jawab, yang dilandasi oleh nilai-nilai Luhur Persatuan dan Kesatuan dari semua elemen masya­rakat.” ujar Abah Sapar.